Jumat, 02 September 2011

Otodidak VS Kursus

"Bisa"nya seperti apa?
Seringkali saya mendapat pertanyan: "Saya atau anak saya sudah sekian tahun les piano atau keyboard tapi kok gak bisa-bisa sih!". Pertanyaan ini harus diperjelas, "bisa" yang diharapkan itu seperti apa? Setelah di probe ternyata ada beberapa jawaban.

  1. Bisa main lagu apa saja tanpa lihat buku.
  2. Bisa ngiringin nyanyi lagu apa saja.
  3. Bisa main band seperti band-band di tivi.
  4. Bisa improvisasi seperti Kang Purwacaraka atau Indra Lesmana.
  5. And the list goes on and on.

Orang lain nggak kursus kok bisa?
Kebanyakan musisi senior kita nggak ngerasain sekolah musik. Mereka adalah special people with special talent, yang udah nyemplung di dunia enetertainment di usia muda. Memang jaman dulu belum ada sekolah musik, karena yang ngerti musik-pun sedikit. Rata-rata mereka memiliki feel atau musical soul, hearing dan grooving yang kuat. Wah apa tuh tadi? Feel adalah bagaimana bermain dalam jenis musik yang berbeda-beda. Hearing adalah kemampuan mengenali nada, chord dan ketukan dengan hanya mendengar. Grooving adalah kemampuan mengikuti ketukan yang berbeda-beda dalam setiap jenis musik. Apabila seseorang memiliki ketiga unsur tersebut ditambah memori yang kuat, dia boleh dibilang berbakat dalam musik.  Tapi ternyata mereka yang otodidak memiliki beberapa kelemahan.

  1. Belum tentu mereka memiliki fingering atau penjarian yang rapi, enak dilihat.
  2. Kurang lancar baca not, apalagi menguasai teori musik.
  3. Kurang menguasai metode mengajar yang baik karena metode belajar mereka belum tentu bisa diikuti semua orang.

Kebanyakan musisi otodidak adalah pemain yang baik, tapi mereka kesulitan mentransfer ilmu mereka ke orang lain. Murid yang setengah "jadi" atau setengah "bisa"yang akan berkembang. Tapi murid yang mulai belajar dari nol, have no special talent, ya nggak janji deh! Tapi gimana kalo kita gak punya waktu pergi kursus? Sekarang sudah ada buku tutorial piano dan keyboard yang cukup bagus dari dalam atau luar negeri, dilengkapi CD pula jadi bisa belajar sendiri.

Les musik, nggak sia-sia tuh?
Ya nggak lah! Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

  1. Cari referensi tentang sekolah musik yang ingin dimasuki dari orang lain yang sedang dan pernah belajar atau lebih bagus lagi dari pengajar musik.
  2. Kenali guru kita, minta juga referensi dari orang lain tentang bagaimana permainannya, lulusan mana, gimana ngajarnya, dll.
  3. Ceritakan kepada guru atau instruktur apa saja harapan kita dari belajar musik. Tanyakan juga metode belajarnya, punya lesson plan gak. Kalau ternyata dia gak bisa membantu apa yang kita harapkan atau malah jadi tersinggung, tinggalin aja!!
  4. Jangan sampai salah jurusan, kalau kita ingin main lagu-lagunya Kahitna ya jangan masuk piano klasik!
 Sekarang ini udah mulai banyak kok kursus dan sekolah musik dengan metode yang baik. Banyak juga lho pengajar piano lulusan overseas. Tapi jangan masuk ke kursus yang nggak punya metode dan kurikulum. Bisa dilihat kok dari materi per tingkat dan buku-bukunya. Kalau sudah dapat guru dengan metode dan kurikulum yang bagus, jangan malas latihan. Buat komitmen untuk latihan sekian menit setiap hari. Kalau gak ada kemajuan, jangan salahkan orang lain. Kalau bisa dengarkan sebanyak mungkin musik dari CD atau kaset untuk memperluas wawasan bermain. 
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar